img.w2bsmly { height: auto !important; vertical-align: middle !important; width: auto !important; border:0px !important; }

blogger

Labels

Welcome

Welcome Pictures

Sabtu, 02 Maret 2013

Menurutku "Menikah" itu....

Banyak sekali pelajaran yang aku dapat setelah pulang kerumah, salah satunya adalah "Jangan mencintai seseorang secara berlebihan, cintailah orang itu sewajarnya saja. Karena suatu saat ketika ia membuatmu kecewa, maka kau takkan terlalu merasa terluka dengan sikapnya..Pada akhirnya kau mungkin tahu ia bukanlah yang terbaik untukmu, jadi kau akan lebih mudah menerima kenyataan itu.."


Sebenarnya ada satu hal yang aku pikir, kenapa ada orang-orang yang bisa memutuskan dengan cepat untuk menikah, umurku 23 tahun dan untuk berpikir kearah sana, rasanya tak mudah. Tapi kenapa dengan mereka yang menikah muda bisa enjoy-enjoy saja? Apa mereka tidak berpikir misalnya tentang masa depan, pendidikan, rumah, karir, atau hal-hal lainnya? Seperti di desaku (yaa maklumlah) rata-rata remaja gadis yang menikah sekitar umur 16-18 tahun. Masyarakat desa selalu berpikir kalau mempunyai anak gadis yang berusia diatas 18 tahun dan belum menikah maka orangtua dari gadis tersebut akan panik karena menganggap anak gadisnya nggak laku. 

Padahal fenomena yang aku amati justru pernikahan dini yang tidak dipikirkan dengan baik hanya akan membuat pertengkaran dan kurang harmonisnya keluarga yang dibina. Apalagi tidak jarang juga yang menikah karena (maaf) MBA (Married By Accident) alias sudah isi duluan. Nah karena itulah maka pernikahan itu dilakukan seolah terpaksa karena untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya tersebut. Tapi itu kalau si laki-laki yang menghamili ikhlas mau bertanggung jawab dan memberi nafkah, kalau nggak  ikhlas terus gimana? Karena banyak juga contoh si cowok mau tanggung jawab menikahi tapi nggak menafkahi alias bekerja, udah gitu tinggalnya numpang dirumah mertua. Nah loh?? Malah bikin repot aja.

Untuk itu pernikahan bagiku adalah hal yang harus dipikirkan seratus atau kalau perlu seribu kali, agar tidak terjadi penyesalan dikemudian hari. Pernikahan itu sesuatu yang sakral jadi harus dilakukan dengan pemikiran yang matang dan siap secara lahir batin. Sebab pernikahan itu menyatukan dua hati, dua kepala, dua karakter orang yang berbeda bahkan dua keluarga, karenanya menurutku menikah itu tidaklah mudah. Tidak seperti di dongeng-dongeng yang menggambarkan pernikahan itu indah dan bahagia selamanya. Kenyataannya tidak seperti itu sodara-sodara, didalam suatu pernikahan suatu saat pasti ada masalah, untuk itu kita dan pasangan diharuskan mampu berpikir dan bersikap dewasa agar dapat menyelesaikannya. Makanya cari jodoh yang mantep kalau orang Jawa bilang : "yang mantep atine, mantep sikape, mantep kerjone, mantep keluargane, sing apik-apiklah pokok'e"

Kenapa tiba-tiba aku mbahas pernikahan, karena pertama aku sadar umurku semakin menua, kedua kemarin ditanyain keluargaku soalnya, hehe.. berhubung aku masih belum punya calon yang termasuk kriteria "mantep" yaudah aku sekarang mending fokus dulu ke kuliah,  nggak mau mikirin nikah (dulu). Kalau targetku seh pengennya umur 25 tahun gitu, tapi kurang tahu deh nanti pas umur 25 tahun udah ketemu jodoh apa belum, hehe. 

Dan alhamdulillahnya aku mempunyai orangtua yang nggak kolot, jadi mereka ngebebasin anaknya mau nikah umur berapa, yang penting jangan ketuaan gitu aja. hahaha.. sementara ini memang orangtuaku menyuruh buat fokus kuliah, dan hebatnya lagi sodara-sodara habis kuliah disuruh kerja (jangan nikah dulu) pesennya gitu ke aku. Jadi ya sebagai anak yang baik aku turutin aja, lagipula kalau disuruh cepat-cepat nikah sementara aku sendiri belum mikir kearah sana, takutnya pernikahan itu menjadi hal yang setengah-setengah jadi nggak maksimal gitu ngejalaninnya,,

Okelah cukup sekian coretan dari aku, sampai jumpa lagi di tulisanku berikutnya.. :)


0 komentar:

Posting Komentar

Cari Informasi di Wikipedia

Hasil penelusuran