img.w2bsmly { height: auto !important; vertical-align: middle !important; width: auto !important; border:0px !important; }

blogger

Labels

Welcome

Welcome Pictures

Sabtu, 27 Desember 2014

Can't say anything..About religion and love!

Malam ini, malam yang dingin ini aku ingin mencurahkan sebagian isi hatiku. Kemarin tanggal 26 Desember tepat sebulan aku berpisah dengan orang yang aku sayangi. Kejadiannya begitu cepat dan memang kita harus mengambil keputusan tersebut. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Mau bagaimana lagi, kita beda agama. Kita nggak mungkin bisa bersama. Sebenarnya aku masih menyayanginya, tapi aku juga membencinya setelah kejadian itu. Karena aku tau cintanya tak seberapa besar kepadaku. Sudahlah, aku ingin mengubur semua masa lalu ku bersamanya. Seperti kata lagu Ayu ting-ting “Yang sudah ya sudahlah”, yaudahlah biarkan kisah itu berlalu, seiring berjalannya waktu aku akan melupakanmu. Aku nggak tau, aku bingung dengan kisah cintaku selama ini. 

Kenapa cintaku tidak pernah berakhir dengan bahagia? Lalu kapan? Adakah yang bisa menjelaskan hal itu padaku? Mungkin aku kurang berdoa, dan mungkin juga aku kurang bersyukur atas segala hal yang aku punya. Sekarang yang bisa aku lakukan hanyalah aku ingin memasrahkan semua pada Allah, aku percaya Allah akan mempertemukan aku dengan jodohku disaat yang tepat. 
Kalau boleh aku bertanya, enak mana sih dicintai dan mencintai? Biasanya orang akan menjawab ‘dicintai’, karena dengan begitu kita akan meminimalisir perasaan tersakiti, dan kita pun bisa belajar mencintai pasangan kita dengan perlahan-lahan. Memang sih begitu, tapi lebih enak kalau bisa dua-duanya, ya dicintai ya mencintai,hehe. Sayangnya ini adalah dunia nyata bukan sinetron yang semua adegan percintaan bisa direkayasa. Kehidupan nyata jauuuhh berbeda dari sinetron, dalam kehidupan nyata gak ada pasangan yang sempurna, semua orang pasti punya kelebihan dan kekurangan. Tinggal bagaimana kita menyikapi dan bertoleransi pada pasangan kita. Seperti halnya aku saat bersamanya, aku seringkali mengalah, aku hormati dia, aku sayangi dia sepenuh hati. Tapi sekeras apapun aku berusaha, perbedaan memang nggak bisa disatukan, dan kita tetap harus berpisah. Terkadang aku merasa iri sekali dengan orang-orang yang telah menemuka jodoh mereka, aku sering menangis malam-malam, tapi aku pikir kalau Allah memang belum mempertemukan lalu bagaimana? Apa aku harus protes? Apa aku harus marah? Tidak, setalah aku pikir dengan tenang aku harus banyak bersabar dan berdoa pada Allah. Suatu saat jika kamu menikah, aku juga akan turut berbahagia. Bukan karena aku sok tegar, atau sok kuat, tapi ini karena aku sudah kalah, aku sudah tak dapat melakukan apapun untuk bisa bersamamu. Perbedaan ini adalah tembok penghalang yang sangat kuat. Pernahkah kamu ingat, dulu kita pernah berkata “seandainya cinta itu sederhana, tentu kita tak akan berpisah”. Tapi kita tau, kita paham betul bahwa cinta tidak sesederhana itu, ternyata dalam cinta ada banyak sekali aturannya, terutama masalah agama. Bisakah kita menyatukan agama yang berbeda? Tentu jawabannya “Tidak!”. Sekeras apapun kita berusaha, sekuat apapun kita bertahan, pada akhirnya kita tetap akan kalah. Agama adalah keyakinan seseorang yang telah diajarkan sejak ia masih kecil, tak mungkin hanya karena cinta lalu kita jadi meninggalkan agama yang telah kita anut, terlalu egois kalau boleh aku berkata. Kalaupun nanti bisa dengan dipaksakan, lalu buat apa? Buat apa kalau hanya kita yang bahagia tapi orang-orang terdekat kita terluka? Terlalu egois bukan?
Kenapa Allah harus mempertemukanmu denganku kalau Ia tidak menyatukan kita? Inilah pertanyaan besar yang sering muncul dikepalaku. Aku tak tau, apa maksud dari semua. Jujur, aku ingin bersamamu tapi aku tau itu tidak mungkin. Lalu siapa yang harus aku bohongi? Kalau sampe sekarang ini aku masih mencintaimu. Dalam diamku, aku selalu mengucap doa semoga kita bersatu, semoga kita bersama, dan bukti keegoisanku adalah semoga kamu bisa menjadi muallaf, kalaupun kita tak bisa bersama, semoga kita bisa bertemu di akhirat sana. Itulah doa yang paling egois yang ku panjatkan. Aku menyayangimu, sungguh. Tapi aku juga nggak bisa berbuat apa-apa. Kamu bisa menjadi sahabat, pacar maupun ayah bagiku. Saat aku rapuh kamu menjadi sahabatku dengan selalu mendengarkan keluh kesahku tanpa bosan, saat aku ingin bermanja-manja kamu selalu berusaha membahagiakan aku dengan menjadi pacar yang baik, kamu kunjungi aku dan kamu ajak aku jalan-jalan. Saat aku berbuat salah, kamu selalu member nasehat padaku seperti seorang ayah kepada anaknya. Jujur aku kaget, tapi kamu memang mirip dengan ayahku, kamu keliatan galak diluar tapi memiliki hati yang lembut didalam. Saya tak tau lagi apa yang harus aku tulis, saya kehabisan kata-kata. Mengenangmu membuatku merasa rapuh. 



0 komentar:

Posting Komentar

Cari Informasi di Wikipedia

Hasil penelusuran